SIMBIOSIS MUTUALISME: PEBISNIS, DESAINER, dan CALON KONSUMEN

simbiosis mutualisme

Mengenal Simbiosis Mutualisme Antar Pebisnis, Desainer & Calon Konsumen

Demand and Supply!

Tentunya sudah tidak asing bagi kita bahwa dalam hukum ekonomi, setiap ada permintaan pasti ada penawaran. Roda kehidupan calon konsumen (dalam hal ini adalah masyarakat), salah satunya disokong kebutuhan pokok berwujud barang, jasa, maupun ide yang disediakan oleh pebisnis (dalam hal ini produsen). Apa yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari mencerminkan hal tersebut. Sepakat atau tidak, pebisnis dan calon konsumen secara alamiah membentuk hubungan simbiosis mutualisme, yakni sebuah hubungan yang saling menguntungkan. Calon konsumen menemukan apa yang dibutuhkan, sementara pebisnis menemukan target pasar yang dicari. Ini terjadi terus-menerus, linear dengan pemekaran jumlah anggota keluarga, pertambahan usia, serta ekspansi usaha pebisnis dalam bentuk diversifikasi (penambahan ragam produk) maupun diferensiasi (penonjolan produk unggulan). Meskipun terjalin hubungan yang baik, hubungannya justru menjadi tidak seimbang: pebisnis menjadi pihak yang aktif dan calon konsumen menjadi pihak yang pasif, akibat dari stereotip masyarakat tentang konsep perdagangan tradisional. Jika pebisnis tidak mencari konsumen, maka usahanya bisa mati.

Ketatnya persaingan usaha dari segi kuantitas maupun kualitas telah menstimulasi pebisnis untuk memperluas cakrawalanya. Hubungan bilateral antara pebisnis – calon konsumen sudah tidak relevan lagi. Di sisi lain, Era 4.0 telah merubah konsep perdagangan secara drastis bahwa pebisnis bukan lagi pihak yang aktif dan calon konsumen sebagai pihak yang pasif, namun keduanya saat ini dituntut sama-sama aktif. Mudahnya akses informasi membuat calon konsumen semakin leluasa mencari keunggulan fitur, manfaat, dan harga produk yang ditawarkan pebisnis. Dampak dari aktifnya calon konsumen yaitu mereka semakin cerdas dalam memilih produk yang akan dibayar. Fenomena ini membentuk hubungan simbiosis mutualisme baru yang bersifat trilateral, yakni: PEBISNIS – DESAINER – CALON KONSUMEN.

Mengapa Pebisnis – Desainer – Calon Konsumen Menjadi Hubungan yang Sangat Penting?

Untuk menjawab pertanyaan di atas perlu meminjam secuil ilmu komunikasi khususnya tentang proses komunikasi. Dari berbagai ragam proses komunikasi para ahli, saya mengadaptasi model Dominick dan Morissan. Pemilihan ini didasarkan pertimbangan bahwa proses komunikasi tokoh tersebut relevan dan cocok dengan bidang ilmu Desain Komunikasi Visual, sehingga bisa diadaptasi sebagai Visual Communication Process. Morissan juga menulis buku tentang Periklanan yang cocok dengan topik artikel ini.

simbiosis mutualisme antara pebisnis desainer dan calon klien

Gambar 1. Visual Communication Process

Sumber: adaptasi Dominick dalam Morissan: Teori Komunikasi Individu Hingga Massa 2014

Proses komunikasi visual dimulai dari Sumber, yaitu pihak yang berkepentingan mengkomunikasikan sesuatu. Peran sumber diisi oleh perusahaan atau pebisnis. Enkoding yaitu menerjemahkan ide, gagasan, dan konsep menjadi bahasa komunikasi visual. Ini menjadi tugas utama desainer komunikasi visual (desainer grafis). Desainer bisa seorang freelancer atau yang tergabung dalam biro iklan. Pesan adalah informasi dari pebisnis yang harus dikomunikasikan secara visual oleh desainer melalui media tertentu. Saluran yaitu sarana atau media yang digunakan. Pemilihan media mempertimbangkan kebutuhan pebisnis. Dekoding yaitu menerjemahkan bahasa komunikasi visual periklanan menjadi bahasa keseharian yang dipahami penerima pesan, dalam hal ini yaitu calon konsumen. Setelah melihat dan menerjemahkan iklan, calon konsumen memberi umpan balik, apakah sekedar menjadi tahu tentang produk yang ditawarkan, apakah tertarik, atau bahkan langsung berminat untuk membayarnya.

Related post: Mengapa Harga Desain Mahal? Sebuah Rangkuman..

Mengapa ini perlu dijelaskan? Dimana letak hubungan simbiosis trilateral-nya?

Simbiosis mutualisme pertama: Pebisnis dengan Desainer

Diakui atau tidak, selama ini peran desainer kerap dianggap remeh, bahkan perannya dianggap tidak ada. Namun dalam dunia bisnis yang serba ketat dan dinamis, desainer memiliki peran vital dalam membantu pebisnis untuk mencapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Bukan berarti hanya pebisnis yang butuh desainer, namun juga sebaliknya, desainer butuh pebisnis. Pebisnis membutuhkan desainer untuk menerjemahkan gagasan yang ingin disampaikan serta mengkomunikasikan secara visual apa yang ingin dicapainya: apakah untuk membangun brand image, positioning produk, menawarkan produk unggulan, memperkenalkan produk baru, menunjukkan kualitas produknya, dsb. Desainer membutuhkan pebisnis sebagai klien agar memperoleh income sekaligus menunjukkan kredibilitas dirinya sebagai problem solver yang mampu berpikir dan berkarya secara kreatif.

Simbiosis mutualisme kedua: Desainer dengan Calon Konsumen

Sebagai problem solver, desainer harus paham betul siapa yang menjadi calon konsumen. Calon konsumen di sini bisa kita kenal sebagai Target Audiens dan Target Pasar. Target audiens yaitu siapa yang berpotensi melihat, membaca, serta memahami pesan iklan yang disajikan dalam media. Target pasar yaitu siapa yang berpotensi membeli atau menggunakan produk yang ditawarkan dalam iklan. Calon konsumen biasanya dispesifikkan berdasarkan 4 variabel: geografi, demografi, psikografi, dan behaviour. Pemahaman tentang hal tersebut akan mempermudah desainer dalam merumuskan ide dan merancang komunikasi visual secara kreatif dan efektif sehingga pesan di dalamnya bisa diterjemahkan dan dimengerti. Calon konsumen membutuhkan peran desainer. Calon konsumen membutuhkan informasi mengenai pebisnis beserta produk yang ditawarkannya, sebelum menentukan keputusan pembelian. Hal ini bisa terwujud jika ada desainer yang merancang media komunikasi visual baik berwujud company profile, media iklan, maupun ulasan suatu produk.

Simbiosis mutualisme ketiga: Pebisnis dengan Calon Konsumen

Hubungan simbiosis mutualisme antara pebisnis dengan calon konsumen sebagaimana telah dijelaskan di awal tulisan ini, bahwa pebisnis, seberapa kuat usahanya, tetap memerlukan calon konsumen sebagai target pasarnya. Di tengah persaingan usaha yang begitu ketat, pebisnis harus bisa membidik calon konsumen dengan tepat agar roda usahanya bisa terus berputar. Bahkan untuk mempertahankan atau memperluas usahanya, pebisnis setidaknya perlu memahami Consumer Behaviour (Perilaku Konsumen) dan Consumer Insight. Pebisnis harus paham betul apa yang dibutuhkan dan diinginkan calon konsumen saat ini, trend apa sedang berkembang dan disukai calon konsumen saat ini. Calon konsumen membutuhkan pebisnis sebagai penyedia produk yang dibutuhkannya. Tidak hanya itu, calon konsumen butuh banyak pilihan pebisnis yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya, sehingga tersedia banyak alternatif yang bisa dipilih sesuai dengan kemampuan daya belinya.

Simbiosis Mutualisme Holistik: Pebisnis – Desainer – Calon Konsumen

Ketiga peran di atas tidak bisa dipisahkan. Ketiganya saling terintegrasi, saling membutuhkan, serta saling melengkapi. Pebisnis membutuhkan desainer dan calon konsumen. Desainer membutuhkan pebisnis dan calon konsumen. Calon konsumen membutuhkan pebisnis dan desainer. Ini tidak bisa dibantah. Dan jika ada yang mengatakan, “saya bisa berdiri sendiri”, itu adalah sebuah kebohongan. Bayangkan jika tidak ada kerjasama antara pebisnis, desainer, dengan calon konsumen!

Bagaimana pebisnis bisa berinteraksi dengan calon konsumen tanpa melibatkan desainer? Bagaimana pebisnis bisa bertahan menghadapi persaingan tanpa berupaya mencari calon konsumen?

Bagaimana desainer bisa diakui kemampuannya jika belum pernah mengerjakan project dari klien (pebisnis)? Bagaimana desainer bisa menciptakan komunikasi visual secara kreatif dan efektif tanpa memahami target audiens (calon konsumen)?

Bagaimana calon konsumen memenuhi keinginan dan kebutuhannya jika tidak ada pebisnis yang menawarkan produknya? Bagaimana calon konsumen tahu kredibilitas pebisnis, ragam produk, serta kualitas produk, tanpa adanya peran desainer yang bertugas menyajikan iklan secara kreatif?

 

Terima kasih,

Toto Haryadi, S.Sn, M.Ds

Dosen DKV UDINUS & Praktisi Multimedia

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *