Brand Name: Becak Mabur, BecakMabur atau Becakmabur

“Apa arti sebuah nama?” tanya William Shakespeare.

Dari perspektif brand atau komunikasi pemasaran, pernyataan Shakespeare sangat keliru. Nama — secara teknis disebut brand atau merek — adalah aset penting untuk dikenal dan bertahan di pasar yang kian lama kian ramai dan ketat.

Dalam tatanan brand (brand architecture) kita mengenal brand name dan kegiatan menamai/memberi nama brand biasa disebut brand naming. Jika kita lihat dari proses mendirikan usaha dari awal (start up) tidak lepas dari proses menamai bisnis dan atau produknya. Sederhana, mudah diingat, dan berbeda dari yang lain menjadi syarat, dan tidak bisa diabaikan pula, nama brand harus bermakna positif.

Nama Kami: Becakmabur

Kejadiannya 29 Maret 2010 berawal dari brainstorming kecil, di sebuah kamar kos Cimot (lihat tentang Becakmabur), ketika itu 5 orang. Kami memulainya dengan kesepakatan membuat sebuah bisnis di bidang kreatif, khususnya yang sebidang dengan jurusan DKV di Semarang. Setelah sepakat membangun bisnis kreatif, kami mulai mencari nama yang tepat. Ketika itu, ada syarat: terdiri dari 4 suku kata, agak “nyleneh”, unik, punya kekuatan lokal -ketika itu terbius isu from local to global– dan dari beberapa alternatif, terpilih 2 nama.

  1. engklek mabur
  2. becak mabur

Dari kedua nama tersebut, kita mulai dengan survey kecil. Dari 5 orang peserta brainstorming, memilih 10 kontak pada ponselnya dan diminta untuk memilih satu dari 2 kandidat nama tersebut. Dan, taraaa, tidak sampai pukul 11 malam, nama diperoleh. Becak mabur. Kemudian, diperuncing lagi, kita membuat kata baru (atau frasa) dan menjadikannya “nyambung” tanpa spasi, Becakmabur, nama itu yang kami pakai dan terus kami branding-kan.

sedikit catatan: kegiatan survey diatas dapat dijadikan contoh sederhana, sekaligus studi kelayakan penamaan dan dapat juga digunakan sebagai tahap  curious (bikin penasaran) untuk memancing awarness.

sumber: permenkaretmolor.multiply.com

Becakmabur dan bukan Becak Mabur atau BecakMabur

Awal berjalan, kami masih belum terlalu konsisten dalam menulis nama brand. Terkadang dan paling sering menulis BecakMabur, namun beberapa kali juga menggunakan Becak Mabur. Hal itu sangat mengacaukan, sekalipun kita menggunakan visual identity yang konsisten, namun orang-orang masih dengan sangat sadar membenarkan nama brand kami – Becak Mabur.

Bertambah pemahaman kami tentang brand dan branding (dulu masih kuliah tahun kedua berjalan) kami mulai konsisten, menggunakan nama “Becakmabur”, dengan 2 kata disambung, huruf “m” kecil.

Namun persoalan muncul, mungkin karena upaya memperkenalkan kami masih belum terlalu massive, masih banyak yang memanggil kami dengan Becak Mabur, dengan spasi. Ya, pengaruh Ejaan Yang (berusaha) Disempurnakan sangat kentara pada dinamika pasar. Nama-nama yang serupa itu harus berjuang lebih keras daripada nama yang sudah manut atau memang menggunakan kata baru. Memang “becak” dan “mabur” adalah dua kata dengan dua makna masing-masingnya, dan kata benda harus dipisah dengan kata kerja/sifat. Namun Becakmabur sebagai nama brand, terbebas dengan aturan penamaan itu. Dan disitulah istimewanya.

Konklusi

Dengan adanya kejadian tersebut menjadikan kami “eling” sebagai perusahaan (belum) besar pun harus terus mengkomunikasikan brand nya, khusus kepada segmennya. Dan ketika pencapaian nama sebuah brand telah menjadi Top of Mind, upaya komunikasi brand tersebut terbayar sudah. Jika bisnis maka akan omset yang meningkat, jika personal maka kepercayaan tinggi, jika organisasi maka kredibilitas tak diragukan lagi.

Mari berdiskusi mengenai penamaan brand dan upaya membranding usaha atau bisnis anda. Monggo berkomentar dibawah ini.

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *